Fasts have a tendency to be oriented toward things like giving up food or television. But there are many other creative ways we can welcome Jesus' healing touch. Here are suggestions you may want to consider.
1. Fast from anger and hatred. Give your family an extra dose of love each day.
2. Fast from judging others. Before making any judgments, recall how Jesus overlooks our faults.
3. Fast from discouragement. Hold on to Jesus' promise that He has a perfect plan for your life.
4. Fast from complaining. When you find yourself about to complain, close your eyes and recall some of the little moments of joy Jesus has given you.
5. Fast from resentment or bitterness!. Work on forgiving those who may have hurt you.
6. Fast from spending too much money. Try to reduce your spending by ten percent and give those savings to the poor.
Please forward this to as many as possible and surely, you will be blessed abundantly.
Wishing you all Peace, Love, and Happiness during Lent.
SMILE – Jesus Loves You!
(PS. I got the good reading above from Mrs Evie Sinaulan through email. Thanks, Bu Evie for the email. God bless you. )
Thomas A. Sutadi
1 comment:
Hallo semua,
maafkan daku karena harus ijin cukup lama dari latihan rutin EXULTATE, maupun koor PAROKI... sudah 2 minggu ini aku harus OT di kantor dalam rangka recruitment mahasiswa baru POLMAN ASTRA... kangen juga pengen nyanyi aneh-aneh tp apa daya TUNTUTAN PEKERJAAN... hik hik...
salam untuk yang lain semoga tetap SEMANGAT...
ini saya punya kabar dari milis Katolik Astra Grup ttg kondisi Romo Tanto yang saat ini sedang dirawat di RS.... mohon bantuan Doa rekan2 sekalian...
THOM's
saya forward emailnya :
Yth Bapak/Ibu yang terkasih…
Sebagai informasi, mungkin ada yang mengenal secara pribadi dengan Romo Antonius Soetanto SJ atau minimal mengenal beliau melalui buku Puji Syukur sebagai pencipta lagu dan juga sebagai arranger lagu. Untuk kesekian kalinya beliau harus dirawat di RS. Carolus. Saat ini beliau dirawat di ruang Maria kamar 3 dengan kondisi sangat kritis. Sambil berpasrah diri, mohon doa bagi beliau, yang begitu luar biasa memberikan kontribusinya bagi perkembangan liturgi gereja dan pengkader sejati organis gereja.
Berikut, cuplikan coretan seorang teman tentang romo Tanto.
Mohon maaf apabila tidak berkenan….
Terima kasih
F.D Adi Purwanto
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan
Ext.6423
Corat-Coret Kaki Lima: KETIKA ANAK-ANAK ASCENSIO MENYANYI DI DEPAN GURUNYA
HARI KAMIS PUKUL 19.
Seorang sahabat, seorang bapak, sms saya, "Bung, aku baru sampai di depan Mo Tanto. Kita doakan Mo Tanto terus ya!"
"Pasti bung, "jawab saya sambil menghentikan mobil sebentar. "Aku baru dari sana tadi! Mo Tanto tetap gak berubah, dalam sakitnya, masih sempat bergaya, meski itu sebuah 'glege'an'!' Tetap seniman-oriented! "
Sahabat saya menyampaikan sesuatu. Lalu berucap, "Tapi kita terus berdoa untuk beliau ya bung!"
"Pasti!"
HARI KAMIS PUKUL 20.
Saya sudah di rumah. Sahabat saya sms lagi. "Aku tak tahan bung. Air mataku ingin tumpah."
"Aku pun tadi tak sanggup berkata-kata! Hanya kutatap wajah guru dari para guru ini!" balas saya. "Aku hanya ingat, dialah peletak dasar sebuah sistem kaderisasi khas Ascensio. (Yang lebih dulu menjadi guru yang lebih baru, tak peduli usia atau apa.)."
Tiba-tiba sahabat saya menelepon. Suaranya parau. Ia terisak. "Tak sanggup aku mendengar anak-anak Ascensio bernyanyi di sekeliling Mo Tanto!"
Memang sayup terdengar paduan suara indah mengalun memperdengarkan Panis Angelicus, "Paaa nis angelicus... "
"Lagu apa lagi yang dinyanyikan mereka, Bung?" tanya saya.
"Panis, ave maria, dan Nderek Dewi Maria! Semua mata sembab di sini."
"Ah, lagu-lagu itu. Aku pun tak kuat mendengarnya! " pungkas saya. "Mari terus doa, Bung. Dalam pasrah diri." Saya membalas sms terakhir sahabat saya sambil membolak-balik buku "Ho Ho Ho Hosana" keramat saya.
Saya tertegun pada lagu nomor 73, lagu terakhir di buku itu. Hei, lagu ini diciptakan Mo Tanto untuk "permainan"! Judulnya Bersiap-Siaplah. "Bersiap-siaplah dengan segala kebaikan!"
Itulah hebatnya "kotak ajaib" yang bernama hati manusia. Berbeda dengan Kotak Pandora yang berisi malapetaka, nasib malang, ketuaan, kebinasaan, duka derita, serta kematian, maka "kotak ajaib" kita berisi iman, harap, dan kasih, satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ketiga "elemen" rohani yang senantiasa panas oleh api cinta, demikian diurai oleh Stephie-Kleden Beetz. Ada ketiganya pada lagu-lagu Mo Tanto, meski lagu-lagu itu "cuma" untuk anak-anak.
Mari tengok lagu yang berjudul "Kita Tak Boleh Membenci Siapapun"
"...Kita tak boleh membenci siapa pun musuh pun juga..
haruslah dicinta yang membenci
haruslah dibalas kasih
itulah hukum Kristus...." (Lukas 6: 28, 32-35)
Ada juga lagu yang menggunakan gaya Jawa. Judulnya "Memanggul Salibnya Sendiri." Begini syairnya, "Jikalau anda mau naik gunung, yang tak berguna janganlah dibawa. Membawa tongkat agar bisa kuat dan jangan lua bekal yang diperlukan. Jikalau anda mau ikut Kristus, jangan pentingkan dirimu sindiri. Jikalau ingin disebut muridNya hendaknya sanggup memanggul salibnya." (Markus 8:34. Lukas 9:23)
Ada iman, harap, dan kasih, satu kesatuan yang tak terpisahkan, pada lagu-lagu Mo Tanto. Sengaja saya umbar lagu-lagu itu, terutama untuk menularkan sebuah semangat untuk memakai lagu-lagu Mo Tanto dalam BIA kita. Sulitkah? Mungkin belum kenal saja! Yaaa, buat variasi lah... masa dari tahun ke tahun kita menyanyi lagu.."dalam Yesus kita bersaudara.. " melulu.
Satu hal lagi: setelah menyimak lagu-lagu di Kumpulan "Ho Ho Ho" itu, saya merasakan suasana senyum pada lagu-lagu itu. Senyum bahagia. Senyum jenaka. Senyum bangga. "Tuhan sudah memberimu sebuah wajah, senyum harus kita lakukan sendiri!" kata pepatah Irlandia. Senyum hanya berlangsung sekejap, tapi dapat dikenang sepanjang waktu. Senyum tak dapat dibeli, dipinjam, atau dicuri. Maka, saya jadi ingat senyum Mo Tanto sebelum terpejam untuk beristirahat, tadi sore. Senyum Mo Tanto yang asli milik beliau, yang tak dapat dibeli, dipinjam, atau dicuri. Seperti senyum kita juga.
Mari doa, terus, buat Mo Tanto. Moga segera pulih.
salam damai
ep
Post a Comment